Perjalanan Menentukan Partner Pendidikan Anak

“Mungkin adanya kita di sini, merupakan jawaban dari doa-doa kita selama ini”.

Kalimat yang disampaikan oleh salah satu pembicara Kajian Bulanan Orang Tua Santri perdana ini begitu dalam menilisik ke hati saya. Alhamdulillah, masyaAllah bisikku. Allah telah perkenankan kami berada di sini saat ini. Allah tunjukkan langkah dan hati kami menuju ke sini. Allah beri jalan agar kami sampai ke sini. Alhamdulillah. Kajian yang dilaksanakan secara online ini tidak kehilangan kehikmatannya.

Jika diingat proses perjalanannya rasanya “kok bisa ya?”. Saya mencoba mengingat-ingat perjalanan kami. Saat anak pertama kami, Kinanti, sudah lewat lima tahun (2020), tapi kami belum juga menyekolahkannya. Kakaknya saja belum sekolah apalagi adeknya πŸ™‚ Kepala sekolah (anggep aja begitu yak) di keluarga kami (ayahnya anak-anak) masih bersikeras ingin anak-anaknya HS (home schooling) saja. Apakah saya juga ingin anak-anak HS saja? Ya! Tapi, itu duluuu! Makin mendekati usia SD (7 th) keinginan untuk full HS makin terkikis, karena berbagai alasan dan kondisi. Apakah selama ini kami melakukan HS? Ya mungkin bisa dibilang HS semampunya πŸ˜€ Ditambah kondisi baru pandemi, keinginan untuk menyekolahkan anak semakin surut.

Saat itu yang ada pada fikiran saya saat itu hanyalah ‘jalani dan taati’. Jalani semampu saya bisa mendidik anak-anak. Taati keputusan suami yang masih belum juga berubah. Sambil terus belajar, mencari tahu bagaimana seharusnya anak-anak diasuh dan dididik. Dan terus berdoa, memohon, mengiba petunjuk Yang Maha agar ia berkenan membimbing langkah-langkah kami. Juga tak lupa mendoakan si dia agar dibukakan pintu hati dan fikirnya. Maklum bapak-bapak kan susah nerima masukan dari istrinya. Jadi cekoki dengan materi kajian dan doakan saja. πŸ˜€

Saya pun aktif di salah satu komunitas perempuan. Saat itu keinginan untuk HS masih menggebu-gebu. Mengapa? Karena pendiri komunitas tersebut menjalani HS. Saat itu yang saya pegang adalah HS yang terbaik. Selain aktif di perkuliahan komunitas tersebut saya juga aktif belajar metode lainnya seperti Fitrah Based Education, juga mempelajari Ruasdito, Pendidik Rumahan, Enlightening Parenting, dll. Mungkin sekitar lima tahun saya mempelajari metode-metode tersebut. Pada tahun ke lima saya mulai terpapar dengan metode ‘Parenting Nabawiyah’.

Saya tidak ingat kapan dan bagaimana persisnya saya terpapar dengan metode ini. Yang saya ingat kesan yang saya dapatkan saat itu adalah “gue muslim koq gue belajar metode-metode lain dulu ya, bukan metode ini dulu”. Padahal sudah ada teladannya, padalah sudah ada tuntunannya. Ibaratnya susah-susah nyari kemana-mana, lalu bingung sendiri harus melakukan apa dulu dan bagaimana, eh taunya semua sudah ada tuntunannya.

Oya saat itu saya mempelajari Parenting Nabawiyah tidak melalui membaca bukunya, karena saya butuh cepat ilmunya sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Saya banyak menyimak kajian-kajian Ustadz Budi Ashari mengenai pendidikan anak dalam Islam. Tidak hanya saya simak, tapi saya tuliskan, lalu saya ketik ulang menjadi konten di blog agar saya makin memahami isi kajiannya. Dan tak lupa setiap kajian yang saya simak, saya share juga link-nya ke suami, dengan harapan suami tergerak juga untuk menyimaknya.

Saat flyer penerimaan santri baru Kuttab Al Fatih mulai bermunculan, saya coba sampaikan keinginan saya ke suami, bahwa saya ingin Kinan belajar di KAF. Apalagi KAF dekat sekali dengan tempat tinggal kami saat ini. InsyaAllah tidak terkendala dengan jarak. Dan Allahuakbar Allah-lah yang maha membolak-balikan hati hambaNya ya, permintaan saya langsung di-ACC, tanpa ada perlawanan πŸ˜€ Padahal saya sudah mempersiapkan pernyataan-pernyataan kalau suami tak setuju. Hihi. Alhamdulillah suami setuju dengan konsep-konsep pendidikan yang disampaikan oleh Ust. Budi di kajian-kajiannya. Dan makin menggebu setelah mengikuti stadium general nya. Hihi

Saat itu usia Kinan sudah enam tahun dan KAF menerima santri usia 5-7 tahun. Ini kesempatan terakhir Kinan untuk mendaftar. Alhamdulilah masih ada kesempatan, meski hanya kali ini saja. Kami jalani prosesnya mulai dari mendaftar, stadium general, isi formulir pendaftaran, tes anak, tes tulis dan wawancara orang tua. Laa hawla wala quwwata illa billah, alhamdulillah Allah perkenankan kami belajar di KAF, Kinan diterima. Allahuakbar. Perjalanan panjang dimulai. Bismillah.

Leave a comment